KESELAMATAN DI DALAM YESUS

Rabu, 18 Oktober 2023

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;”(Yoh 1:12)

Keselamatan kita bergantung hanya pada Yesus Kristus saja. Ia adalah pihak yang menggantikan kita, dengan menanggung hukuman dosa (2 Korintus 5:21); Ia adalah Juruselamat kita dari dosa (Yohanes 1:29); Ia adalah penyempurna iman kita (Ibrani 12:2). Semua yang disyaratkan untuk menyediakan keselamatan telah dipenuhi oleh Yesus sendiri, yang hidup secara sempurna, menanggung hukuman dosa dari Allah, dan bangkit dari kematian (Ibrani 10:12).

Alkitab cukuplah jelas menyampaikan bahwa perbuatan kita tidak membantu mencapai keselamatan itu. Kita diselamatkan “bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan” (Titus 3:5). “Bukan hasil pekerjaanmu” (Efesus 2:9). “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Roma 3:10). Ini berarti bahwa persembahan kurban, syarat dan tata cara ibadah, dan perbuatan baik lainnya tidak mampu menyelamatkan orang. Sebaik apapun, kita tidak dapat memenuhi standar kekudusan Allah (Roma 3:23; Matius 19:17; Yesaya 64:6).

Alkitab juga menjelaskan bahwa keselamatan bersyarat; satu-satunya syarat keselamatan ialah iman di dalam Yesus Kristus. Hampir sebanyak 200 kali dalam Perjanjian Baru, iman (atau kepercayaan) dinyatakan sebagai satu-satunya syarat bagi keselamatan (Yohanes 1:12; Kisah 16:31).

Pada suatu hari, ada yang bertanya pada Yesus mengenai perbuatan yang dapat mereka lakukan demi menyenangkan Allah: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Secara langsung Yesus menunjuk kepada iman: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yohanes 6:28-29). Pertanyaan mengenai syarat Allah diajukan dalam bentuk jamak, sedangkan jawaban Yesus ialah bahwa syarat Allah (berbentuk tunggal) adalah mempercayai-Nya. Yaitu percaya kepada Yesus!

Kasih karunia adalah dimana Allah memberi kita sesuatu yang tak layak kita terima dan tak mungkin kita peroleh dengan sendirinya. Menurut Roma 11:6, jika kita berpijak pada perbuatan manusia, maka bukanlah lagi kasih karunia. Ide yang dikandung ialah seorang pekerja menerima upah, sedangkan penerima kasih karunia hanya menerimanya saja, tanpa harus diupayakan. Karena keselamatan sepenuhnya merupakan kasih karunia, maka kita tidak bisa menambah apapun kepadanya atau menggapainya melalui perbuatan.

Dalam contoh lain, bayangkan seseorang mengirimi Anda sebuah cek bernominal 10 miliar rupiah. Uangnya akan menjadi milik Anda jika Anda inginkan, namun Anda harus menandatangani cek tersebut. Tindakan memberi tanda tangan tidak dapat dianggap sebagai upah yang pantas dihargai sepuluh miliar rupiah. Tanda tangan bukanlah pekerjaan. Anda tidak mungkin membanggakan diri sebagai miliarder akibat dari kerja keras atau upaya besar Anda. Tidak, sepuluh miliar tersebut berupa pemberian cuma-cuma, dan memberi tanda tangan adalah satu-satunya cara menerimanya. Sama-halnya dengan iman, beriman ialah satu-satunya cara menerima anugerah terbesar dari Allah, dan perbuatan kita bukan berarti membuat kita layak menerimanya.

Jika kita teruskan sedikit, iman sendiri sebenarnya merupakan anugerah dari Allah, bukan sesuatu yang dapat kita hasilkan dengan sendirinya. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Efesus 2:8). “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yohanes 6:44).
Mari datang kepada Yesus hari ini, mengucap syukur karena kuasa-Nya yang menyelamatkan dan kasih karunia-Nya yang membuat keselamatan kita menjadi nyata! Amin. GBU all.

Leave a Reply

Your email address will not be published.